Saya lahir di Purwokerto (kota di selatan Gunung Slamet Jawa Tengah) pada tanggal 8 September 1971 dari pasangan Bapak Soehardjo dan Ibu Adiyah. Nama panggilan saya adalah Prianto atau Prie. Saat ini kedua orang tua saya sudah almarhum. Sejak lahir hingga lulus SMA, saya bertempat tinggal di Purwokerto yang terkenal dengan kuliner mendoannya, sroto Sokaraja, kripik tempe, dan slogan “Ora Ngapak Ora Kepenak”.
     Dengan latar belakang pemikiran yang sederhana sebagai orang kampung, pada pertengahan tahun 1993 saya berpikir “Kalau lulus STAN dan sudah pasti kerja sebagai PNS di kantor pajak, ngapain lagi yaa?” Jawabannya adalah “kawin”. Pada akhirnya, di hari Sabtu 14 Agustus 1993, saya lulus D3 STAN dan sehari setelahnya saya menikahi Teti Nurhayati Haris, gadis desa yang sekaligus anak Kuwu (Kepala Desa) Cibogor Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Saya sering mengatakan momentum wisuda dan pernikahan tersebut sebagai “Sabtu ijazah, Minggu ijab sah”.
      Pada saat menikah, saya berusia 21 tahun 11 bulan dan saat itu hanya mengenal calon istri empat minggu sebelum akad nikah. Jadi, saya mengenal calon istri di suatu hari Ahad di bulan Juli 1993, satu pekan kemudian melamar, dan tiga pekan setelah lamaran melaksanakan ijab qobul.
     Alhamdulillah, sampai saat ini saya telah dikaruniai enam anak (empat pertama laki-laki dan dua terakhir perempuan) dan tiga cucu. Selain itu, saya juga sudah memiliki dua menantu.
      Jarak anak pertama dan keenam sekitar 20 tahun (1994-2014). Anak kedua lahir ketika saya masih berstatus sebagai mahasiswa D4 STAN. Anak kelima lahir pada saat saya masih studi di MM FEB UGM. Selama saya menjadi mahasiswa doktoral di FISIP UI, istri melahirkan anak keenam serta dua menantu dan dua cucu menjadi anggota keluarga besar saya.
     Sebelum mengambil program doktor di Program Pascasarjana FISIP UI mulai tahun 2013, saya menempuh pendidikan formal di SD Kristen 1 Purwokerto (1978-1984), SMP Negeri 2 Purwokerto (1984-1987), SMA Negeri 1 Purwokerto (1987-1990), D3 STAN Jakarta (1990-1993), D4 STAN Jakarta (1996-1999), dan Magister Manajemen FEB Universitas Gajah Mada – kelas Jakarta (2009-2012).
     Sebagai lulusan STAN yang saat itu masih menerapkan ikatan dinas, saya berdinas untuk pertama kalinya sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) di Karikpa Jakarta Enam (Dijten Pajak) di Jalan Hasyim Ashari Jakarta (1994-1996). Karena kekurangcocokan dengan lingkungan kerja di kantor pajak saat itu dan keengganan untuk dimutasi ke luar Jakarta, saya memutuskan untuk keluar dari kantor pajak selepas lulus D4 STAN dan bekerja sebagai pegawai di perusahaan jasa konsultan (2000-2004) dengan tugas utama sebagai konsultan pajak.
     Pada akhirnya, pilihan “berpenghasilan tetap” atau “tetap berpenghasilan” membuat saya harus menentukan jalan hidup saya ke depannya. Dengan berbekal pengalaman menjadi pembicara pelatihan-pelatihan tentang akuntansi dan pajak, saya memutuskan untuk bergabung dengan beberapa kolega yang bersama-sama mendirikan PT Partner Utama Konsultan (2004-2010). Kuadran pencarian nafkah mulai bergeser dari “employee” (berpenghasilan tetap) menjadi self-employee (tetap berpenghasilan).
     Karena keinginan kuat untuk memiliki kantor konsultan pajak sendiri, saya mendirikan PT Pratama Indomitra Konsultan di 15 Maret 2010 dengan mengajak tim konsultan dan tim admin dari PT Partner Utama Konsultan. Alhamdulillah, saat ini (April 2022) kantor konsultan yang saya rintis telah dibantu oleh 112 anak muda dengan semangat penuh energik dan berjiwa milenial.
     Prinsip hidup “sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi sesamanya” (khoirunnaasi anfa’uhum linnaasi) membuat saya akhirnya meneruskan kuliah S2 di MM FEB UGM (konsentrasi Human Capital Mangement & Organization Development) dan S3 FISIP UI (konsentrasi ilmu administrasi publik). Tujuan saya adalah agar tacit & explicit knowledge yang saya miliki dapat dibagikan kepada sesama, termasuk mahasiswa.
     Keyakinan saya tentang firman Allah “...in ahsantum, ahsantum li-anfusikum...” (QS 17: 7) menjadikan spirit saya untuk terus berbagi dan berbuat baik (ihsan) untuk sesama. Kebaikan yang dibagi kepada sesama tersebut atas izin Allah pasti kembali ke saya. Karena itu, saya bertekad untuk membagi hasil penelitian dan sedikit ilmu yang saya miliki untuk kemaslahatan sesama.
     Tidak lain dan tidak bukan bahwa buku-buku dan artikel saya menjadi perwujudan dari prinsip hidup saya lainnya, yaitu: ilmu itu bukan yang dihafal, tapi yang memberi manfaat dan salah satu amalan yang tidak pernah terputus pahalanya adalah ilmu yang bermanfaat (al-‘ílmu yuntafa’u bihi).

Hasbunallahu wa ni'mal-wakiil ni'mal-maula wa ni'man-nashiir.